Oleh: Selpius Bobii, Koordinator JDRP2 //Jayapura: 31 Agustus 2022//
Kapal Titanic adalah Kapal Paling Canggih di kala itu. Kapal Pesiar itu dirancang khusus sehingga terlihat unik, kokoh dan termegah. Tetapi Kapal itu tiba tiba dihantam gunung es di samudera, akhirnya Kapal canggih itu terpotong menjadi dua bagian dan tenggelam. Banyak orang berhasil naik sekoci (perahu) dan selamat, serta seorang gadis yang bertahan hidup dalam lautan es yang membeku dan diselamatkan. Nama gadis itu adalah Katherine Gilnagh.
Kisah tenggelamnya Titanic masih melegenda hingga kini. Ribuan penumpang tewas tenggelam bersama karamnya kapal megah tersebut di dinginnya Samudra Atlantik Utara pada 15 April 1912.
Dalam kapal termewah itu, para penumpang merasa nyaman sehingga berpesta dan bersenang ria. Nahkoda kapal tidak meneropong dari jauh gunung es yang ada di depannya. Ketika gunung es mendekati Kapal termewah itu, nahkoda berusaha menghindari gunung es itu, karena kecepatan Kapal yang melambung tinggi sehingga gunung es menghantam badan kapal menyebabkan kapal itu bocor. Air laut masuk ke dalam kapal mewah itu sehingga kapal terpotong di tengah dan ribuan penumpang tewas tenggelam ke dalam lautan es yang membeku.
Demikian pula dunia ini bagaikan Kapal Titanic yang mewah dan megah sedang berlayar. Kemajuan dunia ini didukung oleh teknologi yang amat canggih. Umat manusia di dunia merasa nyaman, tenang dan damai. Tetapi sesungguhnya jika kita mau jujur, umat manusia hidup dalam kenyamanan yang palsu, ketenangan yang palsu dan kedamaian yang palsu. Keadaan dunia ini sedang berlayar bagaikan Kapal Titanic. Para pemimpin dunia tidak membawa Kapal Dunia dengan baik, mereka hanya sibuk mengejar harta, tahta dan wanita atau pria idaman. Para pemimpin dunia tidak melihat bahaya besar yang ada di depan mata. Para pemimpin dunia ini membawa umat manusia dalam kenyamanan yang palsu, ketenangan yang palsu dan kedamaian yang palsu. Umat manusia di dunia ini ada yang tidak tahu, bahkan sudah tahu tetapi pura pura tidak tahu bahwa bahaya besar sedang menanti di depan mata kita.
Untuk itu, siapkanlah baju pelampung untuk menyelamatkan diri, yaitu bertobat, berdamai dengan siapapun dan bersatu di dalam kehendak Tuhan menuju Tanah Suci Papua. "Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar".
Tags
ARTIKEL